Beranda | Artikel
Rumah Adalah Sekolah Pertama
Selasa, 19 Mei 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Rumah Adalah Sekolah Pertama merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada 12 Ramadhan 1441 H / 05 Mei 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Rumah Adalah Sekolah Pertama

Rumah tentunya memiliki peran yang sangat sentral dalam pendidikan. Dan bisa dikatakan bahwa segala sesuatu itu bermula dan berawal dari rumah. Jika pendidikan di dalam rumah berjalan dengan baik, maka ini akan menunjang keberhasilan pendidikan anak ini di luar rumah. Dan apabila pendidikan dalam rumah tidak berjalan atau lemah, maka cenderung si anak akan jatuh pada pendidikan di luar rumah yang masih belum atau tidak jelas arahnya.

Dan pengaruh pendidikan di luar rumah tersebut tentunya sangat besar. Kita tidak tahu siapa yang mewarnai anak-anak kita di luar sana. Apagi zaman sekarang, pengaruh lingkungan dan pergaulan sangat besar. Terutama bagi orang tua yang tidak stand by di rumah karena kesibukan mereka di luar (bekerja ataupun berkarir). Ini kadang-kadang menjadi ganjalan menjalankan pendidikan di dalam rumah.

Tentunya bagi suami ataupun ayah punya kewajiban keluar rumah untuk mencari nafkah atau rezeki. Tentunya ayah dan ibu saling bahu-membahu. Ibu memainkan peran yaitu menjadi guru dan madrasah (sekolah) bagi anaknya di rumah. Namun ini akan menjadi sulit jika kedua-keduanya keluar. Sehingga anak kadang-kadang dititipkan. Menitipkan anak kepada orang lain ini memiliki resiko yang sangat besar. Apalagi kepada orang yang tidak kita kenal, misalnya babysitter dan sejenisnya. Kepada orang yang kita kenal saja kita belum merasa aman sepenuhnya. Tentunya keinginan orang tua terhadap anak tidak sama seperti keinginan orang orang lain terhadap anak tersebut.

Apabila pendidikan di dalam rumah ini terbengkalai, maka bisa ditebak apa yang terjadi.

  1. Tentunya anak akan terperangkap pendidikan luar rumah yang banyak merusaknya daripada memperbaikinya, banyak negatifnya daripada positifnya.
  2. Ini akan berpengaruh kepada perkembangan si anak tersebut. Dia akan hampa ataupun kosong dari nilai-nilai kebaikan.

Maka untuk mengantisipasi kejadian perkara ini, kata kuncinya adalah jangan membuat anak tidak betah di dalam rumah. Dan apabila di rumah sendiri saja dia tidak merasa nyaman, dia pasti akan mencari pelampiasan di luar rumah. Oleh karena itu jangan kita cuek atau tidak acuh terhadap anak di rumah. Karena kadang-kadang anak itu merasa kurang diperhatikan oleh kedua orang tua. Seperti misalnya membuka komunikasi dengan anak di rumah, mengajak berkomunikasi. Karena tentu kuncinya adalah membuka komunikasi. Kalau ada komunikasi antara orang tua dan anak, tentunya ini akan sangat membantu. Ini adalah awal yang baik di dalam menanamkan satu nilai.

Maka dari itu ada waktu dimana anak harus di rumah. Karena rumah seperti tempat untuk mensterilisasi segala keburukan-keburukan atau perkara-perkara negatif yang ia dapatkan di luar. Apalagi bagi anak-anak yang masih kecil. Kadang-kadang dia dapat kamus-kamus baru itu dari luar. Dari teman-temannya di luar, dari anak tetangga, dari sekolah dan lain sebagainya. Rumah harus menjadi penyaring, sebagai filter, sebagai pembersih terhadap racun-racun yang yang dibawa oleh anak dari luar rumah.

Demikian pula anak-anak remaja, tentunya salah satu kecenderungan anak-anak remaja adalah mencari kesibukan kegiatan di luar rumah. Namun jangan sampai dia meninggalkan rumah sama sekali. Artinya dia melupakan rumahnya. Dia tetap harus ingat dan kembali ke rumahnya. Dan tentunya ini ada keterikatan antara dirinya, hatinya, jiwanya, dengan rumah. Karena apapun yang terjadi tentunya rumah adalah tempat yang paling aman bagi anak-anak kita.

Tentunya menjadikan rumah sebagai pesantren atau sekolah, ini perlu perhatian dari para orangtua. Dan pendidikan rumah itu menunjang kesuksesan pendidikan di sekolah. Rata-rata anak-anak yang berprestasi itu mereka mendapatkan pendidikan dari rumah. Dan anak-anak yang jeblok prestasinya artinya itu rata-rata mereka dibiarkan saja oleh orang tuanya di rumah. Itu dari sisi prestasi.

Dari sisi akhlak, nilai-nilai adab juga demikian. Anak-anak yang memang didesain dari rumah cenderung perbuatannya di luar itu bisa terkontrol, terkendali dan bisa diarahkan. Berbeda dengan anak-anak liar, memang di rumah juga dibiarkan, tidak ada pendidikan. Maka begitu pula tingkah lakunya di luar.

Maka kalau kita lihat anak yang datang ke masjid dan dia ikut mengerjakan kegiatan-kegiatan aktivitas di masjid seperti shalat dan ta’lim, ini kemungkinan besar memang sudah dipersiapkan dari rumah. Dan sebaliknya, kalau kita lihat anak yang lari sana lari sini, teriak-teriak, mengganggu aktivitas kegiatan yang ada di dalam masjid dan  tidak ikut terlibat apa-apa yang dilakukan orang-orang yang ada di dalam masjid, ini kemungkinan besar memang anak ini dibiarkan saja di rumah, tidak diberikan pendidikan dari rumahnya. Itu perbedaan yang mencolok antara anak-anak yang menadapatkan pendidikan di rumah dan anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan di rumah. Ini tentunya sangat menunjang sekali.

Dan pihak yang paling besar perannya di dalam bab ini adalah ibu. Tadi kita sebutkan bahwa ayah punya kewajiban mencari nafkah di luar dan ibu tentunya stand by di rumah, lebih banyak waktu untuk bersama anak-anak, mengawal pendidikan mereka, membimbing mereka, mengarahkan mereka, membentuk mental, karakter dan tabiat mereka. Maka anak itu biasanya memang dia tumbuh kembang menurut apa yang ditanamkan oleh ibu. Ibu lebih banyak memberikan saham di sini ketimbang ayah. Ini bisa dimaklumi karena kewajiban ayah sebagai kepala keluarga yang punya tugas untuk mencari nafkah di luar. Sementara ibu memang harus stand by di rumah mengurus anak-anaknya.

Keistimewaan Pendidikan Rumah

Jadi di dalam Islam, rumah ini merupakan wadah pendidikan. Karena memiliki banyak keistimewaan-keistimewaan. Di antara beberapa keistimewaan pendidikan di dalam rumah adalah:

1. Kedekatan pribadi

Anggota keluarga berkumpul bersama pada waktu yang lama sehingga terjadinya kedekatan pribadi antara anak dan orang tua, seorang anak dan saudara-saudaranya. Ini sangat penting. Agar dia punya hubungan yang baik dengan kedua orang tua dan dengan saudara-saudaranya. Sekarang ini memang ada sedikit krisis di tengah-tengah manusia hari ini. Dimana dia tidak dekat dengan keluarga. Karena mungkin jarang bertemu dengan saudaranya. Bertemu pun sekali-sekali saja, bahkan nyaris tidak bertemu. Dan ini tentunya menyebabkan tidak adanya hubungan emosional antara dia dan saudara-saudaranya. Lebih parah lagi dengan kedua orang tuanya. Hingga ke hubungan antara mereka jadi hampa, tidak ada kehangatan, tidak ada kedekatan dan keakraban.

Jadi waktu bersama itu bisa terjadi di rumah. Ketika anggota keluarga berkumpul, di situ kita bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai ilmu, hikmah dan kebijaksanaan kepada anggota keluarga. Rumah memang salah satu fungsinya adalah tempat berkumpul seluruh anggota keluarga.

2. Keteladanan dan panutan yang dapat diperagakan di rumah

Anak dapat melihat teladan dan panutan baik itu dalam ucapan dan perbuatan dari orang tua mereka. Dia tahu misalnya kejujuran, dia mengenal kelemahlembutan, dia mengenal kesabaran, karena dia lihat gambaran itu di dalam rumah. Karena rumah adalah satu wadap pendidikan yang yang kompleks. Bukanlah suatu lingkungan yang besar, apalagi rumahnya memang tidak begitu besar, jadi contoh-contoh itu bisa langsung terlihat dan dekat dengan anak sehingga mereka bisa melihat.

Kalau di luar, tentunya agak susah. Karena lingkungan luar rumah itu adalah lingkungan yang besar dan repot bagi seorang anak untuk melihat keteladanan di situ. Tapi di rumah itu adalah suatu lingkungan yang kecil, yang kompleks tadi kita bilang, yang dia bisa melihat contoh-contoh kebaikan itu secara nyata, dekat dan mudah. Ini keunggulan pendidikan di dalam rumah.

Kita bisa memberikan keteladanan dan contoh dengan lebih dekat dan lebih real lagi. Dan itu hanya bisa terjadi di pendidikan di dalam rumah.

3. Terbukanya kesempatan membimbing dan memberi pengarahan kepada anak secara langsung

Kita bisa bicara dengan anak, bisa berceramah di depan anak, kita bisa menyampaikan nasihat, yang mana mungkin di luar kita tidak bisa menyampaikannya untuk menjaga kehormatan si anak. Misalnya anak melakukan suatu kekeliruan di luar, paling kita cegah tapi kita menahan diri untuk menasihatinya di depan orang banyak. Karena itu adalah suatu cara yang salah juga. Menasihati anak yang menyebabkan jatuhnya harga dirinya. Itu tidak boleh juga kita lakukan. Maka menasihatinya itu bisa kita lakukan di dalam rumah karena privasinya lebih terjaga.

Dan kita juga lebih leluasa untuk menyampaikan nasihat, baik nasihat yang paling lembut sampai nasihat yang paling keras. Terkadang kita lihat juga ada sebagian orang tua menasehati anaknya di luar sehingga membuat anak ini jatuh mentalnya, malu dan dia merasa terhinakan. Tentunya tidak baik juga menasiehati di depan umum. Maka tentunya nasihat seperti ini bisa kita sampaikan di rumah.

Jadi ada kesempatan yang besar untuk menyampaikan bimbingan, pengarahan, peringatan, nasihat kepada anak-anak kita di rumah. Dan tidak ada salahnya jika orang tua menyampaikan nasihat secara umum maupun secara khusus. Secara umum dengan cara mengumpulkan anggota keluarganya untuk menyampaikan menyampaikan nasihat untuk semua anaknya. Atau nasihat secara khusus untuk anak-anak tertentu yang mungkin perlu nasihat secara khusus.

Download dan simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-15:47

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani

Download mp3 Kajian Islam Tentang Rumah Adalah Sekolah Pertama


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48464-rumah-adalah-sekolah-pertama/